Aku pernah terjebak di badai harapan yang gemuruh,
pernah terperosok di gemanya tawa dan tangis,
terikat erat di belitan gemas dan rindu....
Namun itu telah lekang terbungkus lumut waktu.
Dan kini,
Kehadiran itu kembali, sontak melumatkan seluruh kantukku.
Melibas semua ketidakpedulianku dan memaksaku untuk berpaling menengok ke belakang!
Read More..
10 September 2011
30 May 2011
Silent Tempest
Dalam diam....
Kilatan-kilatan nasib selalu bergerak tanpa dapat diduga, meliuk resah.. melambung gempita.. lalu menukik pedih, kadang terbata-bata dalam gelapnya rasa .... Tiada satu pun yang dapat mendiktenya, naturally melenggang berlari dari waktu ke waktu menjadi dinamika yang alamiah, di mana manusia sering dibuat lintang-pukang olehnya, dan kalau pun seseorang merasakan ketukan-ketukan nasibnya sudah sesuai dengan keinginan diri, maka janganlah berbangga dulu bahwa seakan sang nasib telah bisa ditaklukkan, waspadalah. Karena selalu ada kerlingan kebenaran yang akan memfilter setiap luapan amarah, dan prasangka buruk, sedangkan nasib tetap terus melaju menggilas siapa pun bagai roda liar.
Read More..
Kilatan-kilatan nasib selalu bergerak tanpa dapat diduga, meliuk resah.. melambung gempita.. lalu menukik pedih, kadang terbata-bata dalam gelapnya rasa .... Tiada satu pun yang dapat mendiktenya, naturally melenggang berlari dari waktu ke waktu menjadi dinamika yang alamiah, di mana manusia sering dibuat lintang-pukang olehnya, dan kalau pun seseorang merasakan ketukan-ketukan nasibnya sudah sesuai dengan keinginan diri, maka janganlah berbangga dulu bahwa seakan sang nasib telah bisa ditaklukkan, waspadalah. Karena selalu ada kerlingan kebenaran yang akan memfilter setiap luapan amarah, dan prasangka buruk, sedangkan nasib tetap terus melaju menggilas siapa pun bagai roda liar.
Read More..
Label:
Essay,
relationship,
Renungan
13 May 2011
G B U
Tak perlu merasa terjauhkan oleh harap, tak perlu merasa terasingkan oleh suasana sekitar, ketika jalanan menemui tikungan sempit dan gelap, tetap jalani saja dengan tenang sampai ada cahaya yang menyinar dan mendesak gelap pepat ke tepian napas. Hati adalah cermin yang secara naluriah akan memancarkan semua tangkapan bentuk visual eksternal kenyataan, sayangnya kualitas pantulannya sangat dipengaruhi oleh distorsi perasaan, sehingga kadang pantulannya terdifraksi dan membentuk opini pribadi yang sangat subyektif.
Read More..
Read More..
Label:
Essay,
Mengembalikan Jati Diri Bangsa,
Spirituil
01 April 2011
RUNAWAY
Aku tidak sedang menghujat malam ketika aku termangu lama di tengah-tengah kerumunan mimpi, pun tidak juga sedang mencari-cari kesalahan sang rembulan yang mengintip dan mencuri-curi tahu warna perasaanku dari balik gerombolan awan masalah hidupku.
Aku bahkan tengah berusaha hening dari segala macam sebab akibat dan tengah kepayahan melepaskan diri sejenak dari buaian harapan dan ancaman kecewa yang malang melintang memenuhi tiap jengkal permukaan rasa yang kukecap.
11 March 2011
Namamu
Maafkan ayah-ibumu nak... inginnya ayah memberimu nama yang paling indah dan paling bermakna, namun perbendaharaan kata ayah sangat terbatas. Ayah tidak mampu lagi mencari kata yang dapat mewakili dan menggambarkan betapa besarnya harapan dan doa ayah dan ibu terhadapmu. Inginnya ayah tidak sembarangan memberimu nama karena selain dirimu sendiri, maka NAMA adalah titipan orang tua mu yang akan mengikutimu kemana saja dan kapan saja di sepanjang hidupmu.
Read More..
Read More..
05 January 2011
Salah Kaprah
Jangan berharap bisa lelap, karena malam masih terperangkap di pertengahan jalan becek dan licin tak berujung. Dingin sayu mengikat semua rasa jengah gerombolan-gerombolan penyakit sosial yang kian merebak memporak-porandakan semua alunan lullaby yang biasanya membuai. Beribu kutuk berhamburan mengotori embun malam dan memacu adrenalin dan jutaan emosi yang menyentak ubun-ubun. Membakar telinga....!! Kenyataannya belum ada yang bisa dipercaya dan diharapkan membersihkan pemerkosa-pemerkosa mimpi itu. Mimpi yang seharusnya milik bersama itu, mengapa harus mereka kangkangi sendiri? Mimpi tentang negeri yang serba prosperous, tanpa tangis aib dan derita nista.
Deras anginnya belum lagi stabil benar, jangan bongkar pematang-pematang itu, atau semua etika dan norma hidup akan tergilas oleh culasnya insting modern, yang serakahnya sudah blak-blakan tanpa malu sedikit pun. Sayangnya banyak yang merasa tertindas oleh gundukan-gundukan lurus yang terasa menjemukan itu, semua pada ketakutan jika sekat-sekat tanah itu ternyata berduri dan berubah jadi penjara nurani "komunitas itu".
Read More..
Deras anginnya belum lagi stabil benar, jangan bongkar pematang-pematang itu, atau semua etika dan norma hidup akan tergilas oleh culasnya insting modern, yang serakahnya sudah blak-blakan tanpa malu sedikit pun. Sayangnya banyak yang merasa tertindas oleh gundukan-gundukan lurus yang terasa menjemukan itu, semua pada ketakutan jika sekat-sekat tanah itu ternyata berduri dan berubah jadi penjara nurani "komunitas itu".
Read More..
Label:
celebration,
Cerita,
Essay