19 January 2010

Megatruh


Seumur hidup mengapung di lautan lupa, kemudian terombang-ambing di ayunan pemahaman. Sungguh langkah evolusi kecilku ini sangat tekun dan istiqomah, merambat dari waktu ke waktu mengemas setiap kesempatan. Satu-satunya batok berisi bunga-bunga keingin-tahuan ku terasa selalu kedodoran, karena ada yang selalu mengembang terhisap sang jaman, sedangkan kesempatanku telah berubah menjadi kesempitan.

Setiap kali kita berhadap-hadapan, betapaku berusaha bersikap semesra mungkin. Sesungguhnya di balik ndremimil bibirku, dahagaku ingin memasuki gerbang terhalus yang menuju ke genangan air kehidupan itu dan byar katrawangan … larutlah bagian-bagian ragaku seluruhnya, mengikuti hembusan angin hayati di alam putih tanpa batas. Namun menjengkelkan! Saat menukik, ada yang mengungkit-ungkit diam dan hitam khusukku, dan itu membuatku sangat paranoid oleh kilatan lempengan-lempengan ragu yang menebas kesana kemari. Kemudian seenaknya meng-infiltrasi putaran nafasku dan menyebar mencemari bilik-bilik hakiki denyutan energi ruhiyahku.

Hoiiii..!! Tunggu sekejap saja, aku belum siap! Sosok eksistensi ini masih sepenuhnya terbungkus selimut fana… Tunggulah, ku persiapan dahulu segala sesuatunya dan ku letakkan segala bentuk warna dan pewarnaanku, biar menjadi terminal akhir yang sempurna! Begitulah ucapan klise konsumsi akar-akar lupa, yang selalu mengganjal di antara dua kerelaanku. Pahamilah wahai segerombolan kejadian, kembalilah di saat kau ingin kembali kapan saja! Hiruplah penyatuanmu setiap saat, tiada jarak ruang dan waktu, karena denyut nadimu adalah bagian dari keberadaan itu. Jika kau mau teliti sejenak, di deretan ribuan daftar kefanaanmu ada celah-celah halus yang purbawi telah mengarah menuju bilik-bilik mempelai. Tak kau rasakah desiran-desiran halus, yang disetiap hembusan nafas hidupmu.. dia tercecer di dasar pemahamanmu? Selalu dan selalu itu yang terjadi... kau terlantarkan mengering, teronggok menjadi kumpulan teori yang menjadi bahan perdebatan. Kelupaanmu itu telah dengan sistematis menjerat dan mengubah arah pandanganmu!

Bukankah Dia lebih dekat dari urat lehermu sendiri? Maka bergegaslah ..! Event itu tidak terjadi di mana atau kapan, mengapa kau bingkai seolah engkau berapa di ujung yang sangat jauh dari tujuan awal itu? Ambil hakmu untuk sesekali kau belajar mengenal bahwa pemilik kekekalan itu ada dalam dirimu, dalam nafasmu, dalam darahmu dan terikut dalam Takbiratul Ikram. Ambil hakmu untuk sesekali merasakan tajjali itu. Jangan khawatir, karena masih ada tasyahud yang akan menjaga kefanaan yang sangat kau sayangi ini. Dan jangan khawatir kenikmatan yang semu ini akan tercerabut sebelum saatnya… Karena di dalam Al Fatehah masih ada bagianmu dan bagian-Nya.
Read More..