Kleptokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan yang para pemimpinnya terdiri dari para “Pencuri”.Kapan kleptokrat-kleptokrat punya malu? Entahlah…., hidup mewah di balik fasilitas, pesta pora di atas lenguhan dan keringat rakyat yang hidup kesehariannya sudah berat . Upeti rakyat (baca : pajak ) sudah seperti harta karun yang sebisa mungkin dibagi-bagi untuk kalangan terbatas. Harta, Kemewahan, Pangkat, Jabatan memang lebih memabukkan daripada psiko tropica apa pun. Moral dan etika hanya sebuah pakaian, sebuah kedok semata, yang menutupi liarnya “aji mumpung”. Ada yang berkelompok membentuk sindikasi yang rapi, ada yang “bermain” sendiri-sendiri, tujuannya sama menggerogoti lumbung padi rakyat.
Kleptokrasi (berasal dari bahasa Yunani : klepto yang berarti pencuri, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan) adalah istilah yang mengacu kepada sebuah bentuk administrasi publik yang mempergunakan uang yang berasal dari publik untuk memperkaya diri sendiri. ( sumber: Wikipedia )
Keputus-asaan demi keputus-asaan publik menghadapi para kleptokrat selama ini hanya menggantung di awang-awang. Seperti Lingkaran Setan, perkronian dan perkolusian sudah membelit sedemikian hebat . Tataran Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif semua terjangkiti epidemi ini, baik yang bersifat endemic maupun pandemic. Dengan bangganya mereka “telanjang” mempertontonkan hasil curiannya di depan public. Pagar makan tanaman mungkin istilah paling cocok untuk fenomena semacam ini, Lantas apa yang bisa diharapkan? Hukum? Hukum gampang dibeli di negeri ini, adanya profesi Makelar Kasus buktinya. Terus apa, UU? Peraturan? Logikanya masak tikus bikin jebakan dan perangkap untuk dirinya sendiri?
“Apabila partai pelopor, baik dibentuk oleh rakyat, tentara atau kaum ningrat, yang dianggap paling ulung dalam membela martabat dan kepentingan bangsa, sudah menjadi bobrok dan melakukan korupsi, maka kita hanya akan tinggal mengikuti lelucon badut mereka sambil mengusap-usap dada. Sebab, kejujuran dan kebajikan sudah terancam bahaya fatal” (Machiavelli dalam The Prince).
Yang lebih mengenaskan, para kleptokrat tersebut dalam hatinya tidak pernah tersentuh dan tidak pernah merasa jika dirinya adalah maling, dengan pongahnya menunjuk kesana-kemari untuk mencari “Kambing Hitam” dan ikut mencibir ketika ada rekan seprofesinya (sesama pencuri) tertangkap basah. Kemudian dengan hasil curiannya sibuk membangun “Pencitraan Diri” seperti Robin Hood. Pertanyaannya kapan mereka punya malu….?? Bukankah Pangkat dan Jabatan itu amanah? Read More..