Becik ketitik ala ketara, sing salah seleh… sebuah ungkapan masyarakat Jawa ketika terjebak dalam upaya penyelesaian konflik yang ruwet dan tidak menentu. Sebuah konsep kepasrahan yang percaya bahwa hakim alam pasti akan tampil menyaru peradilan manusia dan memaksa siapapun yang salah untuk seleh .. menyerah pada kebenaran.
Silahkan sembunyi di balik tebalnya tembok arogansi, silahkan putar balik hukum semaunya… Silahkan beranggapan uniform kekuasaan itu tak terbendung oleh apapun…. Hakim alam Yang Maha Kalem sedang mengadakan gelar perkara dengan caranya sendiri… Ndak peduli dengan ketidak sabaran manusia, yang selalu menyangka aman karena akan hidup seribu tahun lagi… Padahal salah besar!!! Sejatinya kehidupan ini tak berbilang tuan-tuan yang terhormat, kekal… bukan hanya dalam kurun waktu ribuan tahun saja. Lalu selebihnya panggung seperti apakah..? Adalah panggung yang warnanya lugas ditentukan oleh warna kinimu…..!
Sekumpulan reptile yang berebut bangkai ternyata lebih jujur, dan alami mengalir di ketiak naluriah… Seliar-liarnya mereka, satwa-satwa reptile itu tidak akan pernah menjadi Pagar Makan Tanaman… Sing salah bakal seleh… biarkan hukum manusia dipermak dan direkayasa menjadi hukum kompromi yang ngambang dan bisa dibikin memantul elastic dan dipaksa menjadi kerdil untuk dijungkir-balikkan kesana-kemari… Jika hukum buatan manusia sudah compang camping justru oleh sekelompok oknum-oknum yang mestinya bermandat sebagai penegak hukum, maka mari kita tunggu saja hukum alam, karena itu adalah sebuah keniscayaan! Kita ini memang angkuh -- tidak pernah mau berkaca dan belajar dari rangkaian tragedi dan bencana yang baru saja terjadi… ya baru saja terjadi…!! Bahkan dampaknya pun belum lagi beres penanganannya.
Coreng moreng sudah wajah negri kami, luluh lantak kebanggaan itu.. ketika pagar telah rakus dan serakah memakan tanamannya sendiri, betapa nanar tatapan kami, tidak tahu lagi mau mempercayakan kepada siapa lagi hegemoni hukum… dan mahkota keadilan ini. Hukum kami ternyata menjadi taruhan dalam permainan kepentingan pribadi sekelompok juru pagar, mahkotanya suram belepotan noda dan nista. Tak lagi garang dan berwibawa, karena sudah terbalut oleh lembaran-lembaran rupiah yang membutakan. Kata “Mengadili” ternyata tidak pernah memberi atau bahkan menawarkan rasa dan harkat keadilan sama sekali. Neracanya telah oleng kesana kemari dipaksa oleh rekayasa yang menistakan.
Beramai-ramailah membela diri… rapat-rapatlah menyimpan bangkai…..!! Kami yang bodoh dan kecil ini hanya percaya “Ada asap pasti ada api”.
Kami benar-benar kebingungan, masih adakah yang bisa dipercaya? Yang ada hanya topeng-topeng misterius yang tampaknya suci dan jumawa menutupi mata-mata liar yang jelalatan dan rakus. Tikus-tikus rakus itu ternyata paham betul dengan mental-mental di balik topeng-topeng itu, demi untung besar segala cara dilakukan untuk membobol pematang naluri mereka dan sedapat mungkin bisa menganyam rangkaian perkronian dengan mereka. Maka ketahuilah! Yang kalian incar dan jarah itu adalah keringat rakyat negeri ini, bukan harta karun yang nongol begitu saja dari perut bumi.
Selayaknya matahari telah sejengkal di atas kepala… komodo, buaya, biawak, kadal, tokek, iguana, cicak.. saling terkam …. Tanah kami sudah seperti sarang reptile yang liar berebut bangkai, saling mencakar kedok masing-masing… ha..ha..ha.. ternyata kalian sama saja dan lucu-lucu! Mana yang benar dan mana yang salah ,… absurd..!!
Sementara di seberang panggung sana media massa bersorak membidikkan kamera, lalu menggelinjang masyuk dalam lenguhan uphoria yang ejakulasinya … oplah dan rating! Tariannya semakin beringas mengipas-kipas… Betapa mentereng dan jumawanya kekuatan media massa… Bahkan mampu membuat seakan forum peradilan telah pindah tempat, walaupun kenyataan yang ada kadang hanya tidak lebih dari hasutan agar perseteruan semakin gayeng…. Eksploitasi demoralitas yang sangat memuakkan. Rakyatpun akhirnya semakin mual-mual dengan drama yang memalukan itu… Rakyat bingung dan resah ….. Seperti itukah profil pagar-pagar tanaman negeri kami? Lalu dimana gelegar wibawa Sang Bathara Guru yang bisa membuat tikus-tikus itu tunggang langgang karena ciut nyali, dan para penjaga pagar jera mempermainkan tanamannya sendiri? Lalu mana pula para dewa-dewa tukang produksi fatwa-fatwa itu, apakah masih kurang kadar kebobrokan dan kemesuman ulah mereka, sehingga belum layak ditempeli fatwa haram?
Hiduplah tanahku( miris rasanya… )
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
55 komentarmu:
makin hari makin pusing dengan berita-berita ntu, sapa yang bener sapa yang salah masing-masing punya statment sendiri-sendiri. sistem hukum dinegeri ini emang udah akut (doh)
apakah kita percaya kalo ada monyet berkata "demi Tuhan saya manusia...."
ah, emang cerita lutung kasarung... :P
Sangat miris melihat kondisi negeri ini. Semakin tua umur dunia mengapa tak semakin sadar juga yah. Padahal sebegitu sering dan dekatnya teguran TUHAN kepada makhluk "bandel" yang bernama manusia. Tetapi masih saja tak mau peduli. ..
Di dunia ini memang tak ada keadilan yg sejati, tetapi tunggu lah di kehidupan setelah ini ada pengadilan yang maha BENAR dan ADIL....
meskipun begitu kita harus tetap optimis untuk memajukan bangsa ini. kalau bukan kita siapa lagi.
HIDUPLAH INDONESIA RAYA!!!
negeri ini capek dijejali doa, harus diimbangi dengan tindakkan!
Majulah negeri, sentosalah penghuninya!
Hahahaha.. Manstaaaabbb.. surantaaabbbss
Memang JAMANnya jaman EDAN.. kalau enda pager sama tanaman saling makan ya enda edan
Mangkanya hidup Eling dalam Kesadaran dan Waspada dalam setiap langkah
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllll
segera akan masuk masa PERCEPATAN waspadalah !!!
Jiann, rasane aku yo bingung dewe ndelok cicak2 yang dimakan buaya. Atau buaya yang digerogoti cicak, entahlah.
Biarlah "mereka" berperang, rakyat bersorak aja dipinggir arrena, sopo ngerti ono duit'e sing nibo...he..he...
selamat malam bang
keadilan......dihlama banget peosesnya bang di negeriku heeh....
salam hangat selalu
jadi teringat lagu mansyur s, pagar makan tanaman :)
salam,
yah ngono iku mas hukum kehoidupan
ngeness
saya juga merasa miris, kalau ternyata cicak dicaplok buaya..tapi saya akan senang bila buaya ditelan cicak.. lolz
Kita lihat saja kelanjutannya sob... semoga ending yang manis...
salam sobat
iya cocok sekali sosok profil2 itu dengan pagar makan tanaman.
masih kurang puas kali ya kebobrokannya,,?
semoga cepat sadar...akan hukum haram.
kasus bibit-candra konon baru sekadar contoh kecil buruknya penegakan hukum di negeri ini, mas xit. sungguh ironis. negara yang jelas2 tersurat dalam UU sebagai negara hukum, tapi pratiknya justru malah menjadi negara kekuasaan. lebih repot lagi, yang merusak hukum justru orang2 yang seharusnya secara sosial bisa memberikan keteladanan. gimana rakyat mau taat hukum kalau pasal uu bisa diplintir dan ditafsirkan sesuai dengan seleranya utk pembenaran2. dalam kasus bibit-candra, sesungguhnya persoalannya sudah ada titik-terang, hanya karena menyangkut citra dan gengsi institusi penegak hukum, kasus yang sudah terang kembali dibikin samar2 hingga akhirnya jadi gelap gulita. doh!
selagi pada sibuk... pebisnis yang lain curi2 keuntungan nih.. heuehuehuehe..
negara udah mulai tua mulai cari2 benarnya masing2
Kalau begini terus, kapan damainya?
Sedih tapi nggak bisa berbuat banyak
Hai kawannnnnnn..apa kabar?????? senang kembli bisa berblog....
kunjungi balik ya....
salam om berkunjung balik ya
hehehehe.. mampir malam hari mas..
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
Pokoknya mampir menyapa sahabatku
ceritane udah kayak sinetron nih om
pagar makan tanaman..
tanaman makan apa ayo?
narasi yang indah untuk sebuah realita yang carut-marut dan compang-camping...
fenomena tidak = realita...
apa yang nampak bukan sesungguhnya yang terjadi...
jangan terkecoh...
Rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput rumah sendiri
kelak,kebenaran akan terungkap
aku ra iso koment akeh masalah iki,mungkin saking jengkelnya yo kang :)
kalau hukum sudah direkayasa .. *dangdut mode on
ha haa
tanaman makan pagar juga gak ada kan?
wakh ada apa nih...makan memakan ya...om
Semoga makin terang perkara yang ada. Agar jelas, siapa dalang siapa wayangnya
semangat semangat
salam hangat selalu
wedus makan tanaman...
pagar makan tanaman...
jadi.., wedus = pagar ???
Hiduuuuuuuuuuup Weduuusssss
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllll
:lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol: :lol:
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllll
hehehehe enda bisa
Biasanya negara kita dilanda cobaan yang besar dengan bencana,, namun kini dilanda bencana dengan kasus yang ada di dalam kepemerintahan,wahwah.. kalau sistem nya rusak, bakalan jadi bencana yg sulit ditanggulangi
mereka perlu memperkaya keimanan
agar tidak selalu gontok-gontokan
miris banget pastinya dgn fenomena peradilan kita akhir2 ini... and bikin bete krn mrk itu slalu ada di tipi... bosan n muak... mrk kan bkn artis tp kok lebih ngetop ya hahahhaha....
Siip, ditunggu postingan sumpaeh kang. Bolede wis tekan, kiye Muntule.
lagi bengek.. absen aja..... good luck...
becik ketitik... ala sing maca.... wakaka
jujur wae, aku bingung, endi pagere endi tandurane... rak ketara...
ojo2 ora ana pagere, trus sing mangan tanduran kuwi luwak... wakaka
nek tanaman makan pagar berarti kuwi nggeragas tenan (lmao)
Faktanya memang ada pagar makan tanaman. Mereka yang seharusnya mengelola harta negara diam-diam, sedikit atau banyak memanfaatkannya untuk kepentingan negara.
Menggunakan kertas dan amplop milik kantor untuk kepentingan pribadi termasuk juga pagar makan tanaman lho mas,walau nggak seberapa.
Salam hangat dari Surabaya
Kenapa ya indonesia banyak tikus-tikus di pemerintahan mau maju dari mana negara kita ini
masih bnyak pagar2 lainnya yg makan tnaman...
Semoga generasi penerus bisa membawa negeri ini ke arah yg lebih baik.
Post a Comment
Yuk jadikan komentar sbg sarana untuk saling menyapa.