09 August 2010

Introspeksi Diri

Ketika satu telunjuk mengarah ke depan, maka tiga jari menunjuk ke mukaku sendiri...
Seolah ketiga jariku tengah menghardikku!
Berbangga-banggalah dengan duniamu, bersombong-sombonglah dengan rasa kemanusiaanmu. Pikullah beban hidup seolah atas kuasamu sendiri. Sekuat apakah? Dunia sudah digelar sejak tangisan pertamamu, keputusan ada di tanganmu manusia! Kau ciptakan sendiri medan perangmu sendiri, kau hadirkan sendiri musuh-musuhmu, kau adakan sendiri rintangan-rintanganmu. Tantanglah dunia sehebat potensimu, ambil alih semua wilayah-Nya, seserakah mungkin, rekayasalah semua kejadian sehingga kau bahkan merasa lebih berkuasa dan pada-Nya, toh yang kau sebut Tuhan itu diam saja. Merasalah bahwa hidup hanya sekali, merasalah tidak akan ada pertanggung-jawaban atas tingkah polahmu. Libaslah saja apa pun yang bisa kau libas, terkam saja apa pun yang bisa kau terkam, injak saja apa pun yang bisa kau injak, langgar saja apa pun yang bisa kau langgar! Puas-puaskanlah... toh yang kau sebut Tuhan tidak dengan serta merta menghukummu? Dunia sudah digelar sejak tangisan pertamamu, silahkan berpendapat segarang-garangnya, merasalah paling benar sendiri. Putarlah lidahmu sepandai-pandainya, putar balikkanlah kebenaran semaumu, jadikan hukum-hukum manusia itu permainan! Yang penting kau menang.... , toh menurutmu yang kau sebut Tuhan itu diam saja, bukan?



Ketika satu telunjuk mengarah ke depan, maka tiga jari menunjuk ke mukaku sendiri...
Seolah ketiga jariku tengah menghakimiku!
Kau dengar atau tidak panggilan itu...? Kau tak akan pernah mendengarnya, panggilan rasa kemanusiaan yang paling dalam. Karena otakmu telah kau kunci sendiri dengan doktrin sepihakmu! Kau merasa boleh menganggap semuanya salah dan tidak berguna, seolah paling tahu tentang surga dan neraka. Silahkan saja kau anggap mereka sesat, kafir dan bodoh! Toh menurutmu benar dan salah bisa kau beli dan ditukar-tukar, dibolak-balik semaumu. Merasalah paling suci dan paling berhak atas surga, salahkan semua orang yang berdiri berseberangan dengan keyakinanmu.
Ketika satu telunjuk mengarah ke depan, maka tiga jari menunjuk ke mukaku sendiri...
Menepuk-nepuk gumpalan perasaan bangga diri, telah lama membentangkan jarak antara sisi kemanusiaanku dengan sisi paling tepi kemahaan-Nya. Hanya seperti kelebatan-kelebatan buram saja pesona itu sesekali menghampiri keseharianku. Belitan nafas-nafas duniawi ternyata lebih erat merangkulku, memaksaku berjalan di atas jalan mulus yang menjauhi-Nya. Masih ku simpan lipatan-lipatan shortcut menuju langit, meski pun kumal masih bisa ku baca. Semoga masih ada sinar yang dapat membantuku merangkai bait-bait puja agar mengalun lagi mengisi lobang-lobang kering di darahku dan menggema di seluruh pelataran alam-alamku. Ada kidung-kidung naluri menyayat-nyayat kedunguan ini, mengapa harus menghakimi keadaan dengan menabur kebencian? Atau karena merasa paling berhak atas dunia seisinya?

28 komentarmu:

Andy MSE said...

lha mbok rak sah nuding-nuding... dadah wae! jarine munggah kabeh!

Andy MSE said...

uwong kok senengane nulis sing angel2... sing gampang wae ah! mumet ndasku

Andy MSE said...

3x = hattrick

Andy MSE said...

4x = fenomenal

Andy MSE said...

klimax

Cah Sholeh said...

Selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan... Mohon Maaf Lahir Batin... :-)

endar said...

mari kita berinstropeksi diri. saat jari telunjuk ngacung maka ketiga jari yang lain akan mengarah ke diri kita sendiri (doh)

melir said...

Ora tau nuding-nuding...

suryaden said...

salam tiga jariiiiiiiiiii

Pojok Pradna said...

biasa pake jari tengah...

marsudiyanto said...

Ingin Ikut Introspeksi...

ciwir said...

nek jarinya menghadap ke bawah?

ethie said...

Maaf lahir batin ya mbah.. :D

riFFrizz said...

Bahasa tingkat tinggi

gadgetboi said...

selamat menunaikan ibadah puasa :D

HB Seven said...

waaah...top banget...bahasa tingkat sufi nih....btw...met puasa ya ....

Camajuyas said...

belum nyampe ilmunya nih..untuk memahaminya...

soewoeng plasu said...

ngelmunya beda hehehehehe
beda penyapaian hehehehe

aRai said...

*manggut-manggut*

Herry said...

Haiyaaaa... Mumemt macane kie kang, kudu di ulang-ulang sit men mudeng... :D

attayaya said...

pencerahan yang sangat indah dari kangmas Xi
mohon maaf lahir bathin

Anonymous said...

angguk angguk geleng geleng :D

sepur said...

selagi bulan suci ramadhan introspeksi diri.
semoga menjadi pemenang....amin.

nur ichsan said...

met menjalankan ibadah puasa ramadhan...

Anonymous said...

Ck ck ck ... bukan main, bukan main! Rangkaian Introspeksi dengan diksi yang indah menawan, menggelitik tiap jengkal jiwa. "Satu telunjuk mengarah ke depan, maka tiga jari menunjuk ke muka sendiri..." bagaimana jika empat telunjuk yang mengarah ... ahhh.... selamat pagi kawan, semoga hari-harimu kian indah dan kreatif. Salam Introspeksi.

itempoeti said...

kowe ki nek nggawe postingan sakjane apik banget.
yo tata kalimate..., yo isine...

sayange kok arang2 nggawe postingan??? (angry)

tapi ngomong2 opo bener drijimu mung papat??? kok saben sing siji nuding mengarep, sing telu nuding ke muka sendiri, hlaaa sing siji meneh nuding nang endi jal???

Xitalho said...

Sing siji jempol kang..!! Dudu driji...(lmao)

pria idaman said...

wahh.. keren banget deh bahasanya,
[telat ya komen nya?? hehe]

Post a Comment

Yuk jadikan komentar sbg sarana untuk saling menyapa.