Terlantar di persimpangan perspektif harusnya tidak serta merta mengungkung-surutkan binalnya otakmu dalam berinovasi. Jika kau merasa letih di ujung-ujung pengharapanmu, maka rebahlah sejenak dalam diam tafakur. Biarkan saja seluruh alam bawah sadarmu sejenak bekerja menggantikan dinamika lahiriahmu yang tengah terkulai tenang dibentangan permadani Malam Seribu Bulan.
Tak usah tergesa-gesa menyebut asma-Nya, sebutlah satu-satu dalam gelegar gumam, rasakan saja motivasi kuasa itu merasuk sampai ke dalam sel-sel darahmu yang berdenyut menghitung umurmu. Tenang dan mengalirlah, bukankah Dia tengah membuka diri dan mengalokasikan bulan ini khusus untukmu dengan-Nya. Tak guna kau berpacu mengejar awan dengan teriakan bertubi-tubi seperti sampah kemasan yang berhamburan, bak polusi yang egois memabukkan. Sangat membutakan.
Masih dan selalu ada waktu bagimu untuk menidurkan segenap wadya bala yang biasanya liar membakar itu. Rasakan jilatan-jilatan api itu setahap demi setahap mengendap menjadi genangan ornamen hidup yang santun. Biarkan semuanya menggenang sampai engkau dan Dia bahkan terasa tak berjarak ketika itu, situasi di mana segala keinginan hati menyatu akrab dengan kehendakNya selayaknya air dengan bentuk wadahnya, tiada distorsi sama sekali.
Ketika langit di benak pun diam menggenang, tiada tiupan angin pengobar api keinginan, semua terdiam dalam kebekuan azali. Jangan terlena dan masyuk hanya di tapal batas penglihatan semu jasmaniah, tutup semua argumen tentang sebab akibat, hanyut dan tetap melangkahlah sejengkal demi sejengkal ke arah pusat kejadian, maka engkau akan diterbangkan oleh seberkas sinar ke dalam luasnya pemahaman hakiki yang tanpa batas. Bagimu pakaianmu dan bagiku pakaianku, tak ada satu pun sebab akibat yang mampu memalingkanmu dari mimpi di siang bolong ini. Cukupkah sampai di situ? Hidup adalah pilihan, perjalanan ini tidak akan pernah sepi oleh pamrih dan iming-iming kawan, sesenyap apa pun suasanamu. Saat kau tertunda, semua itu hanya akan menjadi seutas fatamorgana dan secarik pengalaman semata! Maka teruskanlah, mandilah di aliran kodrat-irodat hingga bening tanpa noda. Dan jika engkau kembali kelak, biarkan mata lahirmu tetap buta... toh mata bathinmu tengah memandang keindahan tanpa halangan sama sekali.
Mengapunglah di samudera kodrat-irodat dengan tenang, lihatlah setiap bentuk kejadian apa adanya, dengarkanlah bisikan angin tanpa kau debat, sampaikanlah pesan-pesan langit itu lewat aliran darah tanpa kau manipulasi. Dan ketika daun-daun nasib yang kering itu berterbangan menembusimu, masihkah engkau merasa ada? Jika iya jawabmu, maka kelak engkau akan menderita kelelahan yang teramat sangat. Karena sebetulnya yang ada hanyalah Dia.
Cupu Kyai Panjala 2024
5 weeks ago
15 komentarmu:
pertamax...
*sik tak tuku bodrex, trus balik maca maneh*
mantap sekali. ajari nulis kaya kuwe kang
manteb.. semoga karejeken...
Wes ngantuk, sesuk neh macane
prosa-puisi yang mantabs, gan
blue tuh pengen banget ketemu abang trus tukar ilmu dech..ehhehe
salam hangat dari blue
bahasanya dalam bgt kawan..
saya harus byk belajar dg pemilik blog ini hehe..
trimakasih kunjungan ke blog sederhana saya..
salam, ^_^
dibaca berulang-ulang enak banget...
mudah di cerna
kunjungan pertama kemari, salam kenall
transenden...
Semoga lailatul qadar bisa kita dapatkan
Nice Artikel, inspiring in my angle.
Have a nice day :)
absen sek di postingan ini..
kata² yg sangat mendalam kang...
salam, ^_^
pemilik blog ini orang yang suka menorehkan perasaan lewat kata-kata. .^^
salam kenal . .^^
Post a Comment
Yuk jadikan komentar sbg sarana untuk saling menyapa.