11 June 2010

Moral Decadence

Atas nama kebebasan maka silahkan kentut sesukanya atau simpan serapat-rapatnya, toh angin tetap berhak untuk menyebarkan bau busuk itu suatu saat.
Mengapa harus menyalahkan angin, yang menyampaikan kentut ke mana-mana itu?


Menyikapi peredaran video mesum artis papan atas negeri Begajul ini (meminjam istilah Ki Demang Jogloabang)yang dampaknya begitu bombastis, fantastis dan spektakuler menerobos semua wilayah media yang satu sama lainnya dengan mudah melakukan konversi.


Kemudahan konversi antar media ini semakin menambah laju penyebaran video mesum berada jauh di luar batas kendali lembaga-lembaga yang bertanggung jawab mengontrol mutu dan moralitas informasi yang beredar. Menerobos inter media itu berarti juga menerobos ke seluruh kalangan, strata, dan lingkungan. Seakan mengukuhkan seberapa begajulnya derajat kebegajulan penghuni negeri begajul, karena semakin transparannya mata publik.



Lantas pelajaran apa yang bisa diambil oleh masyarakat negeri ini? Seberapa kuat sebuah ideologi kebebasan menjaga tanggung jawab moral sebuah bangsa? Doktrin etika yang hanya dilandasi oleh hak asasi dan kebebasan nyatanya tidak selalu diartikan dan disikapi secara arif dan benar oleh setiap individu-individu. Generasi muda yang sangat mengidolakan para pelaku, bisa saja terobsesi dengan perilaku mesum mereka dengan dalih kebebasan dan modernitas pergaulan. Semua bergulir bak roda-roda zaman yang menggilas dan terskenario rapi, sedangkan hukum dan tatanan masyarakat akhir-akhir ini sering dibuat surprised dan terkaget-kaget. Seakan tidak ada aksi preventif yang dibolehkan menyentuh wilayah asasi, sehingga penjajahan ideologi dan gaya hidup dengan mulus menguasai otak dan tingkah laku penghuni negeri Begajul ini, padahal tidak dikatakan rumah jika tidak berdinding. Vice versa, masalahnya menjadi runyam juga dan bisa membuat paranoid wong cilik, jika saking preventifnya sampai-sampai sebuah rumah hanya terdiri dari dinding tanpa pintu, diktator absolut.


Moral ternyata hanya berada pada selapis tipis hijab antara hitam dan putih. Esensinya bisa dibentuk-bentuk tergantung kemasannya. Perilaku amoral, asusila orang-orang panutan (mestinya) baik itu artis, pejabat atau kalangan selebritis jika masih terbungkus dengan rapi, maka silahkan saja "macak alim" (berlagak alim). Lantas mengapa mereka sok alim, sok paling bermoral? Ternyata rahasiannya tidak jauh dari masalah "pencitraan diri" dan "personal branding", yang ujung-ujungnya uang. Apa jadinya jika kemudian para pemakai wajah mereka untuk iklan membatalkan kontrak, karena ternyata jika diteruskan hal itu akan merugikan merek dagangannya? Tentu saja kerugian bagi para pesohor yang "kreatif" itu.

Ada asap pasti ada api, kalau kemudian api membakar seluruh tatanan yang ada, lantas kenapa asap yang disalahkan? Karepmu lah, penting update...

13 komentarmu:

Pojok Ruangan said...

"Ada asap pasti ada api, kalau kemudian api membakar seluruh tatanan yang ada, lantas kenapa asap yang disalahkan?"

Karena Asepnya gawe pedes mata mas hiks hiks..

suryaden said...

celaka memang, semua mata tertuju kesana, bukan karena heran, namun karena penasaran.. mau pake gaya apa, bentuk cdnya seperti apa, seperti apa lenguhannya...

wah .. ternyata ... tidak seagung sekte saru yang makin harum namanya.. hahaha

suryaden said...

@pojok ruangan: aku raiso komen nang kono, ono captcha tapi tombol okenya ndak keliatan alias ketutup sama frame lainnya...

xitalho said...

@kang Sur : rodo repot komeng nang nggone pojok ruangan kudu dipencet 'tab' beberapa kali...

endar said...

inilah hasil kebebasan yang selama ini diagung-agungkan. sekarang kita hidup di alam yang bebas dan demokratis bahkan lebih demokratis dari negara mbahnya demokratis

mbah sangkil said...

inilah endonesah, yang selalu digunjingkan adalah efek, bukan penyebab. Benar benar negeri begajul

ciwir said...

sebuah kebebasan berekspresi di negeri yang kaya ekspresi namun miskin emansipasi

addiehf said...

krisis moral yang tak pernah padam di negeri begajul, heu heu heu .............. crrootttssss......

riFFrizz said...

hanya bisa berkata
"ITULAH INDONESIA"

Pojok Pradna said...

wis tambah rak karu-karuan...

kok ndak ada link downloadnya,om?

*siyul-siyul inconent*

diNa said...

bener mas.. ojo dipikir.. mumet! sing penting update, qiqiqiqi...

Cah Sholeh tur Ora Saru said...

ternyata sudah ada bau tai (dana aspirasi).... jadi kentut itu (video mesum ariel-luna-tari) sekalian dijadiin pengalih isu... (doh)

barajakom said...

numpang beken sob

Post a Comment

Yuk jadikan komentar sbg sarana untuk saling menyapa.