05 January 2011

Salah Kaprah

Jangan berharap bisa lelap, karena malam masih terperangkap di pertengahan jalan becek dan licin tak berujung. Dingin sayu mengikat semua rasa jengah gerombolan-gerombolan penyakit sosial yang kian merebak memporak-porandakan semua alunan lullaby yang biasanya membuai. Beribu kutuk berhamburan mengotori embun malam dan memacu adrenalin dan jutaan emosi yang menyentak ubun-ubun. Membakar telinga....!! Kenyataannya belum ada yang bisa dipercaya dan diharapkan membersihkan pemerkosa-pemerkosa mimpi itu. Mimpi yang seharusnya milik bersama itu, mengapa harus mereka kangkangi sendiri? Mimpi tentang negeri yang serba prosperous, tanpa tangis aib dan derita nista.

Deras anginnya belum lagi stabil benar, jangan bongkar pematang-pematang itu, atau semua etika dan norma hidup akan tergilas oleh culasnya insting modern, yang serakahnya sudah blak-blakan tanpa malu sedikit pun. Sayangnya banyak yang merasa tertindas oleh gundukan-gundukan lurus yang terasa menjemukan itu, semua pada ketakutan jika sekat-sekat tanah itu ternyata berduri dan berubah jadi penjara nurani "komunitas itu".

Read More..