Tak terhitung rasanya, mengutukki kebodohan sendiri.
Ah kenapa harus mendebat dan menghujat terus? Bukankah lebih baik berdiri dan laksanakan dharma diri?
Toh kesadaran diri tidak identik dengan kepandaian mengolah kata dan merangkai dalil?
Tak perlu banyak pertanyaan! Banyak jalan untuk mengenal diri... mengalir sajalah.
Tak usah bertanya mengapa dilahirkan tanpa sayap, karena perjalananmu bukan di atas sana.
Dharmamu ada di sini, di jejak-jejak kemanusiaan mu, dan tak lebih jauh dari jarak pandangmu saja, bahkan kadang hanya sejengkal dari pusat rasamu. Mengapa harus mengejarnya sampai kaki cakrawala? Bukankah yang ingin kau tuju ada di hembusan nafas? Ada di denyutan darah? Mengapa harus mempertentangkan kebenaran langit sementara kaki-kakimu masih menapak di tanah hitam?
Langkah-langkah ini kecil dan teramat sederhana, tak terhitung berapa lama terkatung-katung di gelombang keluh-kesah, tapi memang kontrak hidup belum tunai... maka tunaikanlah hingga sempurna rukunnya. Tak usah berharap dan menunggu genangan kebijaksanaan itu menyembur dari ubun-ubun sang jaman, kemudian berkenan menjelaskan segala macam teori tentang asal muasal dan memaparkan segala macam dalil tentang Kebenaran.
Kadang dalam hidup lebih baik memakai kaca mata kuda agar fokus dalam karya. Tak semua reklame dan iklan di sepanjang jalan itu harus dibeli dan kita pun tak pernah bisa berdiri di dua tempat yang berbeda. Ada hal-hal yang harus kita relakan untuk tidak kita miliki.
Jangan pernah mengotori dharma bhakti dengan menghujat kehendak langit, ingat langkah-langkah ini kecil dan teramat sederhana di hadapan majelis alam semesta. Jangan pula merasa paling berhak atas surga sedangkan kita masih setiap saat berpakaian lalai. Ya... nafas ini selalu terbungkus lalai di setiap hirupan dan hembusannya.
** Tulisan ini sekedar guneman yang ngoyo woro (asal tulis) dan tidak penting sama sekali, asal update postingan saja hehehe....
Read More..
test
10 months ago