28 March 2010

Vicious Circle

Perubahan cuaca bergantian sepanjang jaman, namun akhir-akhir ini rotasi pergantiannya terasa ekstrim! Yang terjadi adalah geliat dan liukan-liukan perubahan yang menghentak rupanya. Sehingga goyangannya mampu memompa birahinya pori-pori negeri “Paling Beradab” dan mengusik daki-daki bangsa “Paling Berbudaya” yang selama ini sudah ngethel (lengket sekali) dan bulukan ( berjamur ) serta tiada tersentuh oleh panca indera rakyatnya, satu persatu rontok – walau pun belum semuanya.Mata-mata buas di balik safari itu memang sedang di ujung waktu, berhitung dengan kancing bajunya masing-masing.


Kleptokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan yang para pemimpinnya terdiri dari para “Pencuri”.
Kapan kleptokrat-kleptokrat punya malu? Entahlah…., hidup mewah di balik fasilitas, pesta pora di atas lenguhan dan keringat rakyat yang hidup kesehariannya sudah berat . Upeti rakyat (baca : pajak ) sudah seperti harta karun yang sebisa mungkin dibagi-bagi untuk kalangan terbatas. Harta, Kemewahan, Pangkat, Jabatan memang lebih memabukkan daripada psiko tropica apa pun. Moral dan etika hanya sebuah pakaian, sebuah kedok semata, yang menutupi liarnya “aji mumpung”. Ada yang berkelompok membentuk sindikasi yang rapi, ada yang “bermain” sendiri-sendiri, tujuannya sama menggerogoti lumbung padi rakyat.

Kleptokrasi (berasal dari bahasa Yunani : klepto yang berarti pencuri, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan) adalah istilah yang mengacu kepada sebuah bentuk administrasi publik yang mempergunakan uang yang berasal dari publik untuk memperkaya diri sendiri. ( sumber: Wikipedia )

Keputus-asaan demi keputus-asaan publik menghadapi para kleptokrat selama ini hanya menggantung di awang-awang. Seperti Lingkaran Setan, perkronian dan perkolusian sudah membelit sedemikian hebat . Tataran Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif semua terjangkiti epidemi ini, baik yang bersifat endemic maupun pandemic. Dengan bangganya mereka “telanjang” mempertontonkan hasil curiannya di depan public. Pagar makan tanaman mungkin istilah paling cocok untuk fenomena semacam ini, Lantas apa yang bisa diharapkan? Hukum? Hukum gampang dibeli di negeri ini, adanya profesi Makelar Kasus buktinya. Terus apa, UU? Peraturan? Logikanya masak tikus bikin jebakan dan perangkap untuk dirinya sendiri?

“Apabila partai pelopor, baik dibentuk oleh rakyat, tentara atau kaum ningrat, yang dianggap paling ulung dalam membela martabat dan kepentingan bangsa, sudah menjadi bobrok dan melakukan korupsi, maka kita hanya akan tinggal mengikuti lelucon badut mereka sambil mengusap-usap dada. Sebab, kejujuran dan kebajikan sudah terancam bahaya fatal” (Machiavelli dalam The Prince).

Yang lebih mengenaskan, para kleptokrat tersebut dalam hatinya tidak pernah tersentuh dan tidak pernah merasa jika dirinya adalah maling, dengan pongahnya menunjuk kesana-kemari untuk mencari “Kambing Hitam” dan ikut mencibir ketika ada rekan seprofesinya (sesama pencuri) tertangkap basah. Kemudian dengan hasil curiannya sibuk membangun “Pencitraan Diri” seperti Robin Hood. Pertanyaannya kapan mereka punya malu….?? Bukankah Pangkat dan Jabatan itu amanah?

59 komentarmu:

suryaden said...

mungkinkah mereka sedang merestorasi diri, atau lebih tepatnya menyamakan persepsi permalingan yang berubah kutub dan kiblatnya karena majikannya sudah modar, laksana ronin yang saling mencurigai karena sudah tak ada lagi 'suh' pemersatu kebegajulannya yang masing-masing saling mengetahui, namun sedang tidak jelas mana kawan dan mana lawan, padahal sudah terlalu banyak mata melihat dan telinga mendengar, sementara harus tampil fit dan proper meski tanpa celana.. wekekeke

endar said...

iki mesti wis lapor daftar harta kekayaan neng kantor pajak

endar.info said...

berharap para kleptokrat cepet sadar. terus mengembalikan uang kepada rakyat.

rudis said...

Janganlah kesukaanmu yang sangat pada segala sesuatu yang paling dekat dengan kebenaran, paling luas dalam keadilan, dan paling meliputi kepuasan kaum elite. Adapun kemarahan kaum elite dapat diabaikan dengan adanya kepuasan rakyat banyak. Sesungguhnya rakyat yang berasal dari kaum elite ini adalah yang paling berat membebani wali negeri dalam masa kemakmuran, paling sedikit bantuannya di masa kesulitan, paling benci keadilan, paling banyak tuntutannya, namun paling rasa terima kasihnya bila diberi, paling lambat menerima alasan bila ditolak, dan paling sedikit kesabarannya bila berhadapan dengan berbagi bencana..

hasssan said...

sandiwara tragis
pemerannya bengis
rakyat pun meringis
percuma menangis

Andy MSE said...

para kleptokrat itu bila "konangan" biasanya akan macak sakit atau macak religius...
huazu tenan!...

HB Seven said...

mumpuuuung....om....lagi due kuasa...........

Wahyu BMW said...

Iya bener, jabatan itu amanah ... harus dijaga dong

Matt Wahyu said...

Mesti ada tg turut mengawasi aparat pemerintah, sebagi kontrol

Darin said...

saya baru denger istilah ini: kleptokrat :)
jangan2 penyakit ini yang sedang melanda pra petinggi kita..haduh repot euy :(
salam kenal sebelumnya :)

soewoeng said...

bikin partai kambing hiotam yuk

ALRIS said...

Wah payah para pencuri ini, ya. Gw rasa gak bakalan sadar, abis uuueenak jeee..
Kunjungan perdana, salam.

dika said...

kunjungan lagi gan... :D
betul itu....tapi kalo mau merubah kudu semuanya!!
jangan satu2!!
kalo satu2 ibaratnya ngepel lantai pake air comberan!!! ^_^

PRof said...

Dan sejatinya, mereka mengklepto dengan hati mata dan jiwa yang sadar sesadar-sadarnya...menjilat lelehan keringat dimana sang pemilik belum sempat melirik seujung matapun....

Selalu bersembunyi di ketiak hukum yang terbeli,

annosmile said...

saya sebagai rakyat merasa kecewa..
apakah reformasi 10 tahun yang lalu serasa percuma

Fais Wahid said...

kambing hitam bnyak lho d dekat sekoLahku ya bau'y...
hmmmmmmmmmmmmmm....
hehehehehheeeeee......

Rahad Adjars said...

serasa belom reformasi aja kalo begini....

ciwir said...

inilah global warning....!!!
negara rusak mergo maling kabeh...

Rock said...

Mumpung punya kekuasaan... hahaha...

canting attayaya said...

mereka jelas ga punya moral, otak dan pikiran
baaaaaaaah...
makin parah dunia ini

nb :
hehehhe aku baru denger neh kleptokrat
mantaaaap

kips said...

Tidak bisa dipungkiri, memang masih banyak orang yang menjadikan moral dan etika hanya sebuah pakaian, sebuah kedok semata untuk menutupi prilaku “aji mumpung”.

sepur said...

hanya bisa prihatin dan atas keadaan ini.

sepur said...

hanya bisa prihatin melihat keadaan ini.

khairuddin syach said...

Kapan mereka akan punya malu? jawabnya bila HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR diterapkan di negeri ini. Tapi mungkinkah??

sawali tuhusetya said...

itulah realitas yang sungguh menyedihkan, mas. saya kok jadi makin ragu kalau gaji aparat bisa mengurangi angka korupsi. berapapun mereka digaji kalau mentalnya memang korup ya ndak segan2 mengemplang harta negara. suh!

Zaiful Anwar said...

Wah kok ada kambing hitam.

diNa said...

gmn ya caranya menggembleng mental? pdhal budaya kita sangat menjunjung budaya kejujuran, kepatuhan, tg jawab.. tp kok hasilnya byk yg melenceng ya? apanya yg salah?

Unknown said...

iya kapan merek apunya rasa malu?

PRof said...

dinengke ae, ben dosa dewe...

Miftahuddin said...

kepemimpinan/jabatan memang sebagai amanah,,,

Seputar-Internet said...

saya no comment deh... saya tidak bisa berkata banyak melihat keadaan yang seperti ini..

Regi said...

waduh, mau gimana lagi nih... susah untuk dibenahi

Kang Sugeng said...

tak tambahi Nyo, koruptor memang bangsat, bisanya cuma makan duit rakyat..!

barajakom said...

numpang beken ya sob

richo said...

banyakan sekarang malu dah ga jaman lagi.....

Fei said...

ngebahas dan ngulik mereka mah gak ada habisnya
fuiiihhhhhh

NowGoogle.com Adalah Multiple Search Engine Popular said...

ya orang sononya itu bner pake aji mumpung. .

air tenang menhanyutkan,ada kesempatan ya diembat. .

Anonymous said...

rasa malu semakin mewah di zaman sekarang yah.hehehe...............
salam hangat dari blue

negeriads.com solusi berpromosi said...

inilah kenyataan nya
mau gimana lagi kita ini menanggulanginya

katakataku said...

sedikit malu = banyak harta.
so, marilah kita malu-malu ;-)

Seno said...

Memang harus terbongkar sampai akar2nya ya kang. Gayus itu anak kemarin sore wong dia baru lulus tahun 2003, masih terlalu kecil, ibarat ikan dia hanyalah ikan teri berlindung di balik tubuh paus. Pokoknya pausnya harus tertangkap hidup atau mati lah ben beres sisan.

Yudhi Gejali, dr. said...

Cleptocracy memang sudah jadi penyakit yang mengakar puluhan tahun. Tidak sekedar mengakar, tapi hampir terdapat dalam semua sisi kehidupan bangsa ini. Tidak akan bisa sembuh, kalau tidak dilakukan tindakan perubahan yang radikal.

Anonymous said...

semangat semangat om ok
salam hangat dari blue

Rahad 2 Six said...

ada award sob....
silakan di ambil ya...

Anonymous said...

tetapmenanti semangatnya lagi nich,bang
salam hangat dari blue

ario saja said...

minta di hukum mati aja kali ya

Rita Susanti said...

Hmm, sepertinya para kleptokrat sampai kapan pun tidak akan pernah mempunyai rasa malu...

Catatan Blogger Seo Matre Ajib said...

hukumannya juga kcil,cuma ngeber sihin wc. .

PRof said...

Adoh-adoh mrene ra ono sing saru (annoyed)

Kika said...

Betul, Kleptokrasi. Kita dikungkung oleh itu..

hanif said...

wah2, kleptokrat? kita dididik untuk itu. percaya? saya percaya. lihatlah sistem penilaian dari SD sampai SMA, semua menyudutkan segala pihak untuk berbuat curang, lalu apa artinya jika begitu bisa menjadi "klepto"? tentu, buktinya, sekarang banyak kita lihat, hanya karena uang, yah, uang tetap faktor unggulan menjadikan seseorang "klepto"

Deden said...

kambing hitam :D sepertinya tidk asing dengan 2 kata ini

Anonymous said...

semangatnya mana y
salam hangat dari blue

kips said...

Saya rasa, rasa malu mereka itu tetap ada cuma terbungkus nafsu akan kekuasaan dan materi.

mama hilda said...

Bener-bener lagi aji mumpung itu, kalo ngga begitu ngga cepet kaya hehe

Muhammad Choirul A. said...

met sore..

slm knl..

barajakom said...

berkunjung ke blog sebeken ini bisa membuat aku ikutan beken, aku numpang beken ya sob

Flexi Final Party School Contest said...

siaaang. . . .

jasa penerjemah said...

wah keman-mana akhirnya ketemu artikel ttg kleptokrasi. saya sebelumnya pengen applause dulu ne, karena artikel ini merip karya penulis penulis yang sedang gelsah dengan bangsa dan pemimpinnya. dan saya juga ingin berkomentar: seadanya aja, meski negara manpaun tidak ada yang bersih dari korupsi, (anggap lah dalam satu fase tertentu ini merupakan hal yang wajar), namun rakyat tidak boleh tidur dan membuta utuk tidak mengatakan pencuri (cetak bold: permalingan) kepada pemimpin yang korup. komen ini mungkin juga sebuah ajakan untuk kembali menyadarkan semangat patirotisme rakyat. salam perjuangan kawan,,, dan saya sangat bangaa dengan pemikir-pemikir seperti ini. ntah siapa gerangan pemilik blog ini saya bangga dengan mu kawan, semoga dalam gliran yang lebih kita bisa begabung dalam forum yang lebih representatif. salam kenal kawan

Post a Comment

Yuk jadikan komentar sbg sarana untuk saling menyapa.