01 June 2009

Tembang Kehidupan


Sembari mematut angan… mengenangmu adalah seperti kembali terjebak di alunan Ladrang Asmaradahana….. Menampik!. Menghalau! Meronta bak awan yang terburu angin…bergulung lalu luruh mendayu.. seperti tarian rasa yang melukis kesedihan di langit dengan senyumanmu.
Antara kilatan senyummu dan langkahku tidak lebih sedepa atau kurang… sia-sia saja, seperti menyulam angin menjadi hamparan nasib.. tak pernah klimaks asaku yang tersangkut di lurus hitam rambutmu dulu. Tembang Sinom yang melintas miskin kesan.

Dawai gitar saksi dentingan hatiku pun telah lama putus dihentak kerasnya jaman, kita kepalang pisah dan tiada sempat berucap pesan. Bunga jati pun berguguran menutup jejak kita..lalu hujan meratakannya. Tanpa kesan dan tiada kata.. lempang, sunyi, ngelangut menyasar ke relung paling sepi. Tembang Gambuh iku bukan milik kita.

Palu paman Pande Besi gemerentang nyaring mengusik paksa dengkur kumalku. Sekian pagi lewat tanpa sehelai pun bayangan tentangmu lagi, berlalu pelan seperti kemarin dan kemarinnya dan…kemarinnya lagi.
Roda kayu yang berderit di jalan becek di samping kepulan mimpiku itu terhuyung karena ulah batuan nakal… kemudian meninggalkan bekas gemetar di tanah …Aah..! Masih terlalu malam untuk sebuah perjalanan kawan!. Segera ku susul engkau jika bang wetan telah penuh dengan lautan cahaya... tak perlu bergumam kawan, nanti kita bersama nembang Durma keras-keras di sepanjang bhekti.

Hibernasi ini adalah Senandung Pangkur yang mulai terang-terangan menelanjangi satu persatu hasrat amatiran yang udik dan rendahan. Sebuah realita yang sudah awam ku kunyah, walau belum sempat ku telan tanpa rasa.
Sejarak bersama waktu memungkinkan otakku belajar untuk tidak membelit pangkal kesadaran ini dengan setan kecil bernama Syahwat Birahi berkedok Cinta .., biarlah “what ever will be, will be”. Busur itu telah lacur melesat dari sang gendewa … tanpa pernah mampu memilih apa-siapa sasaran di depannya. Busur yang malang ataukah busur yang pasrah? Sedangkan dia tunai-ikhlas pada lintasan yang telah dilaluinya, bersama-sama yang lain bergumam syair Kinanthi…..jamaah. Betapanya terlukis jumawa dan agung indahnya ketentuan dari Yang Maha Menentukkan takdir.

Kukuruyuuuuk…!!!

Sumpah serapahku … untung kau bangunkan aku ayam penyibuk!!
Kulipat putih mimpiku… cunthel sudah alunan Dandanggulo itu, bergegas ke “padasan” lalu bersama dingin pagi yang mengigil, ku rogohi kerak ngambu-ambu kesalahan dari lubang hidungku, ku kumuri busuk ucapanku, ku basuh kepura-puraan di mukaku… ku cuci kejahilan tangan-tanganku, …. ku seka otak kotorku, ku gosok suka-nguping telingaku …… terakhir ku guyur kosok langkah-langkah nista kakiku …
Terakhir lagi, sudahkah sesuci sinar rembulan-yang masih tersisa di angin pagi itu- ya Tuhanku ?
“Lebay..!! Mimpi kali..!! Mbok ngaca..! Bercermin! Hahahaha”. Ada yang terpingkal-pingkal sampai guling-guling di lantai (rofl). Aku tercenung sejenak dan berbisik lirih
“Tolong jaga mulut busukmu!” ancamku lirih dan tetap menunduk (doh). Aku sadar memang berlebihan rasanya berharap untuk suci diri. Sebegitu gampangnya aku terpancing amarah oleh pembisik laknat itu. Tapi biarlah, aku berhak membela diri.
“Hey, aku tahu asalku dari setetes air mani (yang aku heran kenapa dihinakan?) dan di dalam perutku bermukim kotoranku dan najisku sendiri”, tetap kutahan suaraku agar sepelan mungkin. “Ketahuilah aku adalah Maskumambang titah Gusti Yang Maha Kuasa.. yang mijil sebagai khalifah di muka bumi ini….. !
Ku dengar sesenggukan menahan tawa dan akhirnya (lmao).
“Bwaahahaha…!! Makhluk sepertimu mengaku Khalifah? Ndak punya malu babar blas..!!” pembisik laknat itu enak saja jingkrak-jingkrak di antara aku dan Tuhanku.
Harusnya ku diamkan saja, karena pembisik itu memang tidak lebih adalah bentuk besarku sendiri. Hah..!!
Aku dipermalukannya di atas hamparan sajadahku sendiri, setan alas..!!.Laknat..!! Kucari-cari di sekelilingku bentuk kecilku yang paling ringkih… dan paling sering ku khianati sendiri. Hari ini aku ingin dekat denganmu karib kecilku.. sampai nanti Megatruh.
Mencoba menarik napas panjang sebisaku… mencoba lerem sebisaku.. rasanya seperti menarik beban selaksa kuintal, ku coba mengingat suara di pohon jati di samping pusara kakekku dulu.

“Samubarang kang tipise kaya ngapa yen mbok kandeli ( ngandel ) bakal dadi kandel le..”

Aku tak pernah paham maksudnya… tapi kini, ulah pembisik laknat itu mengajariku…

Pucung.

Batam, 01 Juni 2009

47 komentarmu:

sepur said...

pertamaxxxxxxx

suryaden said...

juweroou ki nek dirasakne..., tapi memang kita ini khalifah, khalifah bagi diri sendiri ini, bukan untuk orang lain..., saya juga ngakoni kok kalo limangwektune ki yo dobol isih bolong belang rakaruan... nuwun.. sangat super dan mencerahkan sekali...

sepur said...

"ku coba mengingat suara di pohon jati di samping pusara kakekku dulu."

Nampaknya ilmu suara daun dan angin sudah bisa kamu pahami.....hix...hix

Anonymous said...

hajinguuuuukkkk....
apik...
apiiikkk...
apiiiiiiikkkkkkk...
apik tenaaaaaaaaannnnnn...

Anonymous said...

daleeeem ya. mari introspeksi ke diri masing2

Andy MSE said...

megatruh kuwi podho karo NASDUT ya???

phie said...

kok iso do nggawe postingan apik2 sih? mbok saia diajari :D

fifi said...

belum baca sih mau koment aja dulu ha ha.itu yang koment orang jawa semua ha ha. indak mangarati ambo keceknyo do

Seno said...

Saya merenung kang :)

suwung said...

kenthir
apik tenannnnnn

ciwir said...

ilmu kasunyatan kuwi cen angel dipahami nanging pancen eneng kasunyatane...
manungsa ing ndunya kuwi panguwasa nanging aja lali nek uga dadi hamba utawa makhluke Gusti ALLAH SWT Kang Murbeng Dhumadi..
Kuwi Kasunyatane, mulane aja sak penake udele dewe, apa maneh udele tanggane ...

ajengkol said...

Dadi eling jaman cilik nang dheso ... Yen ing tawang ono lintang cah bagus aku ngenteni tekamu :)

senoaji said...

ra iso kakeyan cangkem aku...


UAPPPIIIKKKKKK PUOOLLLLLL!!!!

endar said...

apik tenan kang nyong pengen bisa nulis kaya kuwe.
wis koyo tulisane @senoaji

touring yuk said...

wah..udah leveling nih
artikele berkualitas
he3x..
merenung kang
umur udah bertambah..

superaman said...

saatnya merenung kembali..

sawali tuhusetya said...

wah, bener2 salut sama mas xit, nih. sungguh, bukan hal yang mudah merangkai gending2 macapat yang menggambarkan dinamika hidup manusia sejak proses asmardahana sampai megatruh semacam ini. narasinya indah dan eksotis. terima kasih pencerahannya, mas.

Seno said...

Alhamdulillah anak sehat kang. Rika n Family priwe?

gdenarayana said...

tambah ra mudeng nie, saya jg taunya cuma 'ra mudeng' doang dr dulu :D

aihhhh terlalu jauh, saya mase di bawah kang...hahahah...terpaksa deh cengangas - cengenges doang.

mo komenk apa yah?tekdung dulu aja dah, mengistirahatkan pikiran :)

Kuriman said...

Sangat dalam bos maknanya... Merenung lagi dan merenung lagi...

buJaNG said...

Hanya bisa baca dan meninggalkan jejak

galuharya said...

jian salut aku kang

untaian kata penuh maknamu bener-bener dahsyat

Unknown said...

ehem ehem..
postingan yg menarik inih...
and pastinya aku harus baca kembali biar mudeng hehehe

Rusa Bawean™ said...

yang dimaksud bentuk kecilmu itu apa?
:)

KangBoed said...

Hidup adalah sebuah perjalanan dalam pencarian arti dan makna hidup.. ketika hati nurani kita terbangun.. itulah saatnya untuk bersama sama meningkatkan perjalanan kita menuju kesejatian.. membangun persahabatan dalam Cinta Damai dan Kasih Sayang… membuktikan SPIRIT ISLAM sebagai “RAHMATAN LIL ALLAMIN”…

♥ Neng Aia ♥ said...

tulisannya bagus bangeeeet!! walaupun cuma ngarti dikit bahasanya...

Easy Mafia said...

Setelah membaca yang keempat kalinya saya sedikit mengambil kesimpulan, yakni:

Jangan terbuai mimpi-mimpi kehidupan, bangunlah dan sembahyanglah ketika waktunya tiba,

karena untuk mencapai mimpi bukan hanya dengan tembang-tembang indah alias ucapan2 manis,

tapi harus disertai dengan bangkit/bangun dan bertindak,

tapi sebelum bertindak bersihkan diri dari apapun yang akan mengotori kita untuk mencapai mimpi.

Anonymous said...

muaanteeeb...!

Penting !!!! said...

Heeiiii jangan mentang2 punya menyuruh orang tolak pinggang setinggi dada..heee dari tetes air hina engkau diciptakan kemudian disempurnakan (kata nyanyian Rhoma irama)...maka kita harus ingat dari mana kita berasal, sekarang ada dimana, dan nati mauu ke mana,,,UUUUUUUAAAAAAAAAAAPPPPIIIIKKKKK Tennaaaaaaaaaaaaaannnn...SSSSiiiPPPPPP

Penting !!!! said...

Heeiiii jangan mentang2 punya menyuruh orang tolak pinggang setinggi dada..heee dari tetes air hina engkau diciptakan kemudian disempurnakan (kata nyanyian Rhoma irama)...maka kita harus ingat dari mana kita berasal, sekarang ada dimana, dan nati mauu ke mana,,,UUUUUUUAAAAAAAAAAAPPPPIIIIKKKKK Tennaaaaaaaaaaaaaannnn...SSSSiiiPPPPPP

mbah cokro said...

bravo......
it's very excited.....

mama hilda said...

uapik tenan, dalam..jadi makin membuat saya terdiam, sampe tak ulangi mocone kang..hanya kalimat terakhir yang sama sekali saya ngga paham maksudnya...

“Samubarang kang tipise kaya ngapa yen mbok kandeli ( ngandel ) bakal dadi kandel le..”

Cebong Ipiet said...

kabeh podo ngomong apik... aku bingung... pancen kelompok seni ki wkkwkwkwkw...

Ifoel said...

apa kabar sobat..
maaf baru berknjung lagi.. :-)
lagi sibuk memperbaiki situs nih cos kemarin situsku masuk pesan2 aneh...

suryaden said...

moco maneh lah, ben sing duwe muring-muring kekeke....

orangndut said...

puisine uapik tenan...
muantap jaya...

nur ichsan said...

aku terpesona melihat kehebatan mas dalam menulis
lam kenal za

dede said...

wah kang, rika wis pinter mantun siki ya? inyong langsung ke TKP

mama hilda said...

balek kucing kie kang...moco maning..

setelah dapat penjelasannya jadinya makin mantep baca ulang..
uapik tenan...dapat pencerahan.

suwung said...

iku gambar opo kang.... mataku blawur je... opo sarung?

Xitalho said...

@suwung : Sarunge Dewo Ruci.. hehehe

casual cutie said...

hmmm...merenung dulu...yuk intropeksi diri masing2

wahyoe said...

wong njowo tho mas sampean kok iso tembang ngono kwi :D

YAYAN said...

wooow.. dalem bgt ne..jd tertunduk..

Pradna said...

wah, lagi-lagi tulisan yg bikin merinding...bravo,bravo

KangBoed said...

FITRAH DIRI.. raihlah sebagai modal untuk mencipta dan berkarya demi maslahat bersama
Salam Sayang

Nyegik said...

wow tulisannya apik tenan kang, dalem sekali nih

Post a Comment

Yuk jadikan komentar sbg sarana untuk saling menyapa.