18 April 2010

Hypocrisy Outbreak

Mengikuti aliran keselarasan ternyata tak selalunya mengalun mulus untuk sampai ke muara, kadang terantuk tebing egoisme, kadang terjebak di pusaran keinginan diri, kadang terbelit kusutnya akar-akar naluri - tanpa kompromi. But life must goes on! Tidak ada satu pun yang berhenti dan tertinggal oleh waktu, semua bergerak menuju nanti.. besok… lusa… kelak… masa depan. Tak ada yang berhenti dan tercecer, bahkan kematian pun tak mampu menghentikannya karena kematian 'katanya' bukan akhir dari segalanya. Karepmu lah...

Atau mungkin malah salah semua?! Mungkin eksistensi ini tidak bergerak sama sekali?! Entahlah… aku bukan pemikir yang bisa menyimpulkan setiap eksistensi dan realitas menjadi rumus-rumus, menjadi ikhtisar-ikhtisar atau ayat-ayat. Aku hanya tengah mengapung dan hanyut di aliran keselarasan yang ternyata tidak segampang teori yang difatwakan oleh orang-orang yang merasa dirinya bebas merdeka dari belitan si penggoda yang bernama Masa Lalu dan Masa Depan.

Hypocrisy Outbreak! 
Beringsutlah sedikit, maka semua keselarasan itu akan terlihat lain! Seketika berubah menjadi wujud aslinya yang tidak lebih hanya gumpalan-gumpalan nafsu angkara dan gemuruh gelombang kemunafikan. Percayalah, yang kusangka harmoni kehidupan itu, ternyata aku tengah mengapung di atas samudera kemunafikkan manusia yang tak terukur potensinya! Tapi tenangkan diri sajalah.., toh hanya manusia yang bisa munafik, karena munafik lahir dari intelgensia, keserakahan, kepengecutan dan keculasan manusia sepanjang jaman. Apakah yang meneriaki orang lain munafik terbebas dari belitan kemunafikan? Kadarnya saja yang berbeda-beda! Rambut sama hitamnya - hati orang siapa yang tahu?

Jujur saja jika tanpa tersilaukan oleh harapan dan digelayuti oleh kenangan, rasanya akan sangat melelahkan mengisi bilik waktu yang bernama Saat Ini. Tiada panduan praktis yang khusus untuk menakluknya, semua mengalir membentuk simpul-simpul hidup dan seketika mengering menjadi print out bernama takdir dan ketentuan. Sementara di bawah teriknya tuntutan hidup yang semakin telengas, dengan beringas orang berbondong-bondong mencari cara dan sandaran, mencari upaya agar bisa mempersunting sang Penggoda yang bernama Masa Depan. Semua cara dicoba untuk merubah takdirnya, walau harus dengan cara mengkerdilkan Hukum dan Kebenaran.  Menimbun syahwat materi dan keserakahan dibalik uniform. Mungkin orang-orang yang seperti ini tengah digelayuti kenangan ketika harus nyogok sekian puluh juta untuk bisa memakai baju seragam pegawai atau mungkin tengah disilaukan oleh harapan hidup mewah, toh kesempatannya selalu ada di tanda tangan dan di tinta stempelnya.

Pertanyaannya siapa yang bisa mengkerdilkan hukum?

Disappearance of Truth
Bicara tentang Hukum dan Kebenaran? Ah, sudahlah.., sudah dari generasi kemarin lusa mereka terkapar dan terinjak-injak oleh beberapa kali keributan antara sandal jepit dengan sepatu lars.  Kebenaran tidak ada lagi di kantor-kantor, di jalan-jalan, di pasar-pasar. Kebenaran sudah seperti siluman, bahkan di rumah peribadatan pun sudah kering dari sapaannya, karena suara-suara kebenaran yang didaur ulang itu terlalu menggema dan memantul kesana-kemari pada dinding-dinding kemunafikan, sehingga amatlah sulit untuk dicerna maksud dan redaksinya oleh drakula-drakula modern yang berseragam. Jangan berharap pesan-pesannya menyentuh sisi kemanusiaan mereka, jika rumus-rumus kebenaran itu menyembur keluar dari mulut-mulut manis berbau busuk, maka aroma kemunafikan dan tak tahu malu serasa memenuhi seluruh sudut langit.


Aku hanya mencoba bernafas dengan jujur mengikuti naluriku yang kadang mulai bosan menjilati angkasa, kucari sensasi-sensasi baru di tumpukan rongsokan jaman. Ku ikuti saja kemana pun badai melempar-lempar kesadaranku. Ku nikmati saja hantaman demi hantamannya, serata tanah warisan leluhur yang sering terancam penertiban. Aku hanya berharap simpati bagi kaumku, kaum akar rumput yang bersama-sama sering terinjak-injak.

Tidak ada yang tercecer dan stagnan, semua melaju bersama waktu, sementara hegemoni Kebenaran dan hukum-hukum sudah dikudeta dan kini moksa menjadikannya seperti siluman. Yang sekarang ada itu hanya gambaran saja yang bisa di pelintar-pelintir semau mereka.
Read More..