14 October 2009

Internal Collides


Tatanan kehidupan yang menjadi pakaian kita sehari-hari perlahan mulai terbagi. Ada yang ingin tetap bertahan dengan pakaian Adab-Susila dan meneruskan norma yang selama ini dianut turun temurun. Sementara ada yang hingar-bingar dan jingkrak-jingkrak mengejar segala sesuatu yang menyenangkan dengan mengenakan pakaian Kebebasan. Asal menguntungkan dan menyenangkan , Go ahead aja….!!

Bicara tentang budaya memang seperti mengurai benang kusut. Kebudayaan, ketika didudukkan di pelataran global maka yang mengalir dan berputar di kepala kita adalah ragam budaya antara negara, bangsa suku atau bahkan benua. Yang jika dipertemukan maka akan ada banyak benturan-benturan satu sama lain.

Coba kita perkecil ruang bacanya, maka kita temukan bahwa dalam suatu komunitas budaya pun ada internal collides di antara mereka sendiri. Benturan-benturan paham, pendapat, pola hidup internal komunitas tersebut. Hidup memang berkembang sesuai dengan daya pikir dan kemampuan budi daya manusianya. Benturan antara tradisionalis dan modernis umpamanya, akan selalu mewarnai perilaku hidup suatu komunitas budaya.

Polemik rencana kedatangan Miyabi salah satu contohnya. Ada yang berpendapat sah-sah saja … Lha wong itu khan membantu mengangkat dan memajukan dunia perfilman nasional. Sementara yang lainnya berpendapat hal itu merupakan preseden buruk pada pendidikan moral-susila generasi muda. Karena mempersilahkan Miyabi eksis dibelantara perfilman nasional berarti sama saja menyemai benih-benih perilaku amoral dibenak generasi mendatang. Lantas mana yang benar? Jawabannya terpulang ke seberapa peduli kita akan nasib mental-moral generasi muda ke depan.

Kebebasan berpikir dan berpendapat adalah hak semua insan, dan itu wilayah yang susah untuk diatur karena bersifat immaterial. Namun kebebasan berpendapat itu akan menjadi semacam pelontar terjadinya benturan dan konflik. Nyatanya kebebasan berfikir mengejawantah menjadi budaya baru yang nyawanya bernama Hedonism, kemudian Pragmatism yang menjadi kendaraannya….. Asal dapat menyenangkan dan memberi keuntungan secara material maka hal itu dianggapnya sah-sah saja. Apakah dunia perfilman hanya bisa maju jika kita mampu Menculik Miyabi?
Apakah jika perfilman kita maju lantas menjamin bangsa ini tidak semakin keracunan? Sedangkan selama ini semua juga mafhum jika racun yang paling addictif dan efektif daya racunnya justru menyebar lewat wahana film… baik dari layar lebar maupun layar kaca! Pola pikir Hedonis sudah mulai mendominasi pola pikir generasi muda kita.. Segala hal yang menyenangkan dan secara materi menguntungkan menjadi hal yang dielu-elukannya.

Bangsa yang keracunan adalah bangsa yang bahkan tidak mampu lagi mengendalikan dan memberi batas-batas laju budaya-budaya yang meliar dan keluar dari batas norma-norma manusia. Jika keadaannya sudah outbreak semacam itu, seakan tidak ada lagi nurani yang memegang etika dan kesusilaan, maka tunggu saja masa-masa bangsa ini betul-betul keracunan dan tak mampu lagi Mengembalikan Jati Diri Bangsanya. Jati Diri Bangsa ini sudah seperti seonggok kain kumal yang tinggal nama, bahkan generasi muda kita sebenarnya tidak pernah tahu lagi apa sih bentuk dan figur dari Jati Diri Bangsa itu.

41 komentarmu:

Kenali Dan Kunjungi Objek Wisata Di Pandeglang said...

wah mantab neh artikelnya...salam kenal sob

mohon dukungannya, kalu abang ga keberatan saya ingin pinjem space sidebarnya untuk link kontes saya, cuma sampe 17 november ko bang...maaf atas kelancangan saya ini.

regards
antonfkip

ajengkol said...

Perbedaan adalah hikmah akan tetapi tetep kita memilih manfaat ketimbang mudharat kan :)

shraing ideas online said...

kalu nggak ada culik menculik ngga seru kang!
apa lagi udah diculik terus di apa-apain.
Nah, yang serunya ketika pangeran sang penyelamat, makin seru...eh..ora nyambung kiye hehee

Unknown said...

ngapain jg sih tuh orang2 pake acara Miyabi segala...emang gk ada yg lebih bermutu apa

Anonymous said...

sangat baik artikelnya bang
dan blue suka banget
makasih ya
salam hangat selalu

Pencerah said...

masih juga mbahas genduk miyabi to kang?

sepur said...

Jangan karena dalih kebebasan berekpresi menjadikan kita lupa akan edukasi kepada anak - anak kita. Mengapa harus diperankan oleh orang yang jelas - jelas reputasinya jelek, selera rendah hanya dengan modal akting "ngankang kaki" saja, gitu kok dibanggakan.

NURA said...

salam sobat
setuju kalau mengembalikan jati diri bngsa,,,
ngga setuju kalau bebas tak bermoral.
negara kita kan budaya adat timur,,ada sopan santunnya,,,
begitu juga dengan artis dan filmnya ,,

Erik said...

Untunglah miyabi batal ke Indonesia. Semoga ada film yg lebih bermutu.

marsudiyanto said...

Selamat Mengembalikan Jati Diri Bangsa...

mama hilda said...

wah selain miyabi juga banyak, kaya kurang pilihan aja ya..lagi turun gunung ceritanya kang, bosen juga pesbukan cuma baca status orang-orang xixixi

Rita Susanti said...

Tidak ada salahnya sering-sering lah kita berkunjung ke hati nurani kita, maka dia tidak akan pernah berbohong tentang hal-hal yg pantas dan tidak speantasnya kita lakukan...

Mengembalikan jati diri bangsa said...

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah maraknya american style dikalangan anak muda kita...
Ironis memang, ditengah kemajuan jaman, sebagian dari kita tidak siap memfilter diri....sehingga terjerumus ke dalam budaya asing...

Love4Live said...

kucluk kabeh...

gajah_pesing said...

saia nilai, perbedaan itu indah sahabat...

xitalho said...

@kang gajah : sip itulah dinamika hidup...

Kenali Dan Kunjungi Objek Wisata Di Pandeglang said...

mohon ijin liat-liat post terdahulu......heheheeh saya liat banyak info berguna neh......

gdenarayana said...

miyabinisasi... enakan mieayamisasi aja kang.. perut kenyang.. engga nyambung ni komenknya :D

makasih kang.. mampir pamit.. halah

KangBoed said...

waaaaaaaaaaah cerita miyabinya lebih lengkap yaaak.. hihihihi..manstaaaabbbss

KangBoed said...

baru ngerti permainan SEO dari keyword.. hihihihi.. ternyata roll nya dahsyat yaa

KangBoed said...

Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang
‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllllllllllllll

KangBoed said...

Manstaaaaaaaaaaaaaaaaaaabbbbsss

achmad sholeh said...

Jangan biarkan jati diri bangsa ini lenyap hanya karena euforia sesaat

Zico Alviandri said...

nice posting :)

soewoeng said...

jan boso indonesiane opo ya?

Miyabi said...

Gosipin saya ya??!
Salam kenal bang :)

antonfkip said...

artikel ku kena copas

Pradna Satunya said...

ini ternyata postingan : "Mengembalikan Diri Miyabi ke Bangsa-nya sendiri" :D

ciwir said...

lha opo apike malah tidur bersama miyabi
(lmao)

senoaji said...

Miyabi lagi nang omahku lagi dolanan wudel badak!

Mau?

ami said...

miyabi?? miyabi ki sopo toh kang. mohon petunjuk :D

omagus said...

jadi seperti apakah sensungguhnya jati diri bangsa ini..!
apakah aku juga termasuk orang yang lupa apa itu jati diri bangsa..?

Anonymous said...

keindahan itu karena adanya perbedaan..
sadarilah..!

suryaden said...

gempa miyabi to nang kene wkwkwkw...

antonfkip said...

sangat berterimakasih kepada sobatku yang satu ini.....thanks banget sob......

andif said...

akhirnya miyabi di cancel ke Indonesia :(

genthokelir said...

hehehe kalo masalah miyabi di tempatku baru aja tak jual mas hehehehe
nama bakal induk kambing etawaku wkwkwkwkwkw

kips said...

Dari ruang lingkup yg kecil sebagai contoh pola internal komunitas memang bisa menjadi bahan pembelajaran hagi kita semua. Turut bersilaturami & salam kenal.

masichang said...

wah ulasan yang mangtab..... bangsa ini memiliki identitas itulah ciri bangsa besar...

Anonymous said...

ke empat puluh saatnya bersemangat ok
salam hangat selalu

ciwir said...

potone kerennnn

Post a Comment

Yuk jadikan komentar sbg sarana untuk saling menyapa.